Admin
Posted on 3 years ago 1521x dibacaTonjong (28/12). Beragam cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan budaya literasi dan menjaga tradisi, salah satunya adalah dengan membaca. Kegiatan Brebes Membaca 5 merupakan agenda bulanan yang dilakukan oleh beberapa pegiat literasi serta seniman yang ada di daerah Kabupaten Brebes. Brebes Membaca 5 merupakan sebuah wadah bagi para pegiat literasi dan seniman untuk sama-sama bersinergi dan berkontribusi menghidupkan kembali seni, tradisi dan literasi di tengah-tengah kehidupan masyarakat.
Kegiatan Brebes Membaca 5 ini diadakan di Desa Galuhtimur, Kecamatan Tonjong (27/12/2020) yang diketuai oleh Prabusedo dan Vick Ainur Haq sebagai sekretarisnya dengan mengusung tema "Membaca Tradisi Mengenal Diri". Dalam kegiatan ini juga diadakan diskusi dengan topik 'membaca tradisi' menghadirkan tiga pembicara yaitu Sulawestio, SH. M.Si Seniman Tradisi yang juga menjabat sebagai Kepala Sekolah MA NU 3 Brebes, Pamungkas WH ketua perkumpulan Sagara Manah Slatri-Brebes dan Ughy Kidjoe Aktivis Save Slamet . Di lokasi banyak menampilkan pentas karya dari anak-anak yang masih peduli dengan tradisi di daerahya. Selain itu ditampilkan pula hasil karya dari beberapa seniman yang ada di Kabupaten Brebes dan luar Kabupaten Brebes. Tidak hanya itu, panitia juga menyediakan lapak baca untuk para pengunjung yang ingin menambah khasanah pengetahuannya dengan buku-buku yang sudah ada di lokasi kegiatan.
Sulawestio, SH. M.Si Seniman Tradisi Kepala Sekolah MA NU 3 Brebes yang menjadi pembicara 1 menyampaikan bahwa tradisi yang ada di Indonesia menggunakan perlambangan maupun simbol-simbol yang baik yang mengandung filosofi bahwa kehidupan harus selalu berubah menjadi lebih baik. "Kita harus bangga dan mampu melestarikan tradisi"ucapnya saat menyampaikan materi kepada audiens. Ia juga menegaskan akan pentingnya menjaga tradisi agar tidak menjadi manusia yang liar. "Tradisi membuat orang punya tatanan dan aturan" tegasnya demikian.
Senada dengan sdr. Sulawestio, Pamungkas WH pembicara 2 menyampaikan bahwa literasi bukan hanya sekedar membaca dan mengoleksi buku saja, namun membaca lingkungan, salah satunya tradisi, untuk melahirkan karya. Ia menambahkan sangat penting bagi generasi muda untuk mengenal tradisi."Tanpa mengenal tradisi, kita akan kehilangan identitas kita. Ketika Kita mengenal tradisi, Kita optimis dengan masa depan bangsa"ucapnya.
Ughy Kidjoe selaku Aktivis Save Slamet yang menjadi pembicara 3 menyoroti tentang kerusakan alam yang terjadi. Save Slamet tetap menolak PLTPB karena dampak yang ditimbulkan sudah jelas yaitu hutan lindung yang telah dibabad akhir-akhir ini menyebabkan banjir dan tanah longsor di skitar WKP PLTPB Baturaden.
Inisiator gerakan Brebes Membaca Hendri Yetus Siswono menyampaikan bahwa generasi sekarang terlalu banyak dijejali dengan seni populer, maka dari itu Brebes Membaca mencoba mengangkat tradisi karena seperti band dan musik-musik pop, dangdut sudah terlalu banyak mengisi ruang-ruang Kita di segala sudut sudah ada. Brebes Membaca 5 mencoba menampung seniman-seniman yang serius dengan tradisinya dan keseniannya, bukan pop art.
“Saya membaca bahwa orientasi kesenian yang ada kini hanya sekadar hiburan, lebih spesifiknya lagi hanya untuk menjadi alat pendongkrak pariwisata, supaya mendatangkan wisatawan alias turis. Tidak jauh lebih dari itu. Kesenian di kepala mereka adalah pajangan, tampilan, karnaval untuk meningkatkan pariwisata. Ini yang Saya lihat dan Saya baca di Indonesia, lebih spesifik lagi di Brebes. Apalagi kita tahu pemerintah menggabungkan seni dan budaya dengan pariwisata dengan apa yang dinamakan Disbudpar. Maka Saya lebih baik fokus di Brebes Membaca berisi seniman muda, pegiat literasi, perpustakaan jalanan, dan aktivis lingkungan” Kata Hendri.