Admin
Posted on 3 years ago 1109x dibacaBantarkawung - Pemerintah Desa Ciomas Kecamatan Bantarkawung, Rabu (3/2/2021) menyelenggarakan kegiatan sosialisasi stunting bagi para remaja. Kegiatan yang diikuti oleh sekitar 35 orang peserta yang terdiri dari remaja putra dan remaja putri ini dilaksanakan di Aula Kantor Desa Ciomas. Adapun sebagai pemateri atau narasumber adalah Iman Solikhin dari Balai Penyuluhan KB Kecamatan Bantarkawung.
Poniran, Kepala Desa Ciomas dalam sambutannya menyampaikan bahwa kegiatan ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan pemberdayaan masyarakat, yang sumber anggarannya berasal dari Dana Desa.
Menurut Poniran, sebelumnya juga telah dilaksanakan kegiatan penyuluhan atau sosialisasi tentang Program Bangga Kencana (Pembangunan Keluarga, Kependudukan dan Keluarga Berencana) bagi para pasangan usia subur (PUS).
“Melalui kegiatan sosialisasi tentang stunting ini saya berharap, para peserta kegiatan dapat meningkatkan pengetahuan dan pemahaman tentang stunting. Oleh karena itu, saya harap para peserta dapat menyimak dan memperhatikan dengan baik materi yang nanti akan disampaikan oleh narasumber” demikian disampaikan Kepala Desa Ciomas.
Sementara itu, Iman Solikhin selaku narasumber dalam paparannya menyampaikan bahwa isu stunting saat ini menjadi salah satu pekerjaan rumah yang harus diselesaikan oleh pemerintah, tidak hanya pemerintah pusat namun juga pemerintah daerah. Sebab sampai saat ini angka prevalensi stunting di Indonesia masih termasuk tinggi.
“Oleh karena itu, berbagai upaya pencegahan harus terus dilakukan. Salah satunya adalah dengan melakukan sosialisasi kepada para remaja. Dengan adanya sosialisasi ini, harapannya para remaja dapat mengetahui apa itu stunting, sehingga dapat ikut berkontribusi untuk mencegah bertambahnya angka stunting” demikian disampaikan oleh Iman yang juga Penyuluh KB Bantarkawung.
Lebih lanjut Iman menyampaikan bahwa setidaknya ada tiga hal yang harus dilakukan oleh para remaja agar kelak tidak melahirkan generasi stunting. Pertama, remaja harus mengkonsumsi makanan dengan komposisi gizi yang seimbang. Hal ini penting untuk dilakukan, terutama remaja putri agar bisa melahirkan generasi yang sehat dan berkualitas. Kedua, meningkatkan pemahaman dan pengetahuan mengenai kesehatan reproduksi dan penyiapan kehidupan berkeluarga. Hal ini dapat dilakukan salah satunya adalah dengan aktif mengikuti kegiatan PIK Remaja/ Mahasiswa.
“Kemudian yang ketiga adalah menunda pernikahan hingga mencapai usia ideal, yakni minimal usia 21 tahun bagi perempuan dan minimal 25 tahun bagi pria. Menurut pakar gizi Prof. dr. Fasli Jalal, hal ini bisa mengurangi potensi melahirkan anak stunting hingga mencapai 30 persen” sambung Iman.
Selain penyampaian materi, kegiatan sosialisasi ini juga diisi diskusi dan tanya jawab dengan para peserta dan juga pemutaran film pendek tentang stunting. Acara diakhiri dengan yel yel bersama seluruh peserta, untuk berkomitmen cegah stunting, dengan slogan “Cegah Stunting Itu Penting”.