Silahkan masukan running text disini | Berita berjalan terbaru | informasi mengenai website call 085741167889

Kisah Nyata : Sembuh & Bangkit dari Covid 19 Part:2

Admin

Posted on 4 years ago 838x dibaca

Obat apa saja atau makanan apa saja saat Saya melakukan isolasi mandiri?

Hari ketujuh dan kedelapan Saya diare dan rambut rontok (jika rambut rontok saya tidak tahu apa ini sebab dan gejala ke covid atau bukan, perlu uji klinis juga mengenai ini). Setiap orang memiliki kondisi tubuh yang berbeda-beda tergantung gejala yang dialaminya, pastikan juga kondisi psikis dalam keadaan yang baik, cek juga kondisi tubuh Kita secara medis.

Perlu diingat bahwa Kita boleh menjalani isolasi mandiri dengan catatan harus tetap dalam kontrol keluarga dan lingkungan sekitar. Isolasi mandiri harus dibarengi dengan protokol kesehatan sesuai anjuran. Ketika menjalani isolasi madiri harus tidur secara terpisah dengan anggota keluarga yang lainnya, hingga alat makan pun terpisah.

Saya selama menjalani isolasi mandiri memang beraktivitas di rumah sendiri, insya Allah lebih aman, tetapi Saya tetap memegang dan melewati setiap ruang rumah dengan sangat berhati-hati. Selama isolasi mandiri Saya hanya ke kamar, dapur dan kamar mandi, sesekali keluar menuju depan rumah untuk menghirup udara pagi yang sejuk, berjemur badan, menjemur baju dan berolahraga. Saya menjalani isolasi mandiri selama satu bulan penuh.

Obat khusus pasien covid pun belum ada, jadi ini yang diobati adalah gejala gejalanya saja. Misal ketika Saya pusing tak kunjung sembuh Saya minum sanmol, ketika Saya sesak maka Saya oleskan minyak kayu putih di dada dan sesering mungkin Saya masukkan cairan minyak kayu putih ke dalam dua rongga hidung dengan menggunakan tisu yang sudah diteteskan minyak kayu puti.

Selama isolasi mandiri Saya banyak mengkonsumsi sayur, buah-buahan apa saja, tetapi buah yang sering Saya konsumsi adalah buah pisang, mangga dan jambu biji merah. Tidak hanya itu saja, Saya juga sering mengkonsumsi vitamin C, Saya biasa mengkonsumsi cavimplek, jamu kunyit, asam gula aren dan jahe merah (buatan saya sendiri).

 Kenapa Saya mengkonsumsi kunyit? Karena kunyit menggandung curcuma agar nafsu makan Kita terjaga dan menjaga kondisi tubuh tetap dalam kondisi yang fit, ini juga yang direkomendasikan dokter dan bidan Desa. Selain itu Saya juga rutin mengkonsumsi telur rebus 1 hari 1x, madu, serta uc1000, melakukan aktivitas olahraga, berjemur serta mengkonsumsi makanan yang bergizi yang banyak mengandung protein. 

Hari demi hari Saya lalui dengan penuh semangat dan bahagia, ibadahpun Saya lebih khusyuk karena memang tidak ada kegiatan apapun setelah bersih-bersih, olahraga dll. Bosan, iya itu sudah pasti, tetapi demi kebaikan bersama, karena Saya tidak mau menularkan ke banyak orang.

Hari demi hari kondisi Saya berangsur membaik, maka Kami putuskan untuk SWAB PCR mandiri di RSPC (Cilacap), Saya mendaftar secara online dengan biaya Rp 900.000 pada tanggal 9 November 2020. Ada yang berebeda ketika dalam perjalanan menuju RSPC dari biasanya. Suami menjaga jarak dengan Saya, hati pun menangis, jahat sekali virus ini, Saya diantar oleh suami dengan menggunakan mobil, dengan posisi suami duduk di depan dan Saya duduk paling belakang di mobil yang kami tunggangi dengan membuat penghalang atau sekat dari plastik yang tebal. Itu semua dilakukan untuk berjaga-jaga barangkali ketika Saya berbicara percikan droplet menyebar kemana-mana. Memang  ketat Saya lakukan protokol kesehatan saat berada di dalam mobil. 

Sesekali suami menyapa dengan balutan rasa takut dan khawatir. Selama dalam perjalanan Saya merasakan sesak nafas, kemudian Saya baluri dada dengan minyak kayu putih serta menghisap minyak kayu putih sambil seseklai meminum air hangat dan berdzikir tak henti-hentinya. Sesampainya di RS pukul 07.30, sudah berjejeran banyak mobil dan orang. Kebetulan Saya di SWAB tidak turun dari mobil, tetapi dokter dan tim medis yang menghampiri mobil kami. Kira-kira hampir ratusan orang yang melakukan SWAB di hari itu. Jadwal SWAB hanya dari pukul 07.00 sd pukul 09.30 pada tanggal 10 November 2020. 

Malam harinya tepat pukul 19.52 tanggal 10 November 2020 ada pesan whatsapp cinta dari RS ke ponsel Saya seperti ini “Selamat malam, Saya dari Rumah Sakit Pertamina Cilacap, Ijin Menghubungi terkait hasil SWAB yang telah dilakukan di RS Pertamina Cilacap”, lalu Saya balas “nggih”, tak berapa lama kemudian RS menelepon Saya. Saya sudah siap lahir dan batin menerima hasilnya, apapun itu. Obrolan Kami berlangsung kurang lebih lima menit sekaligus berkonsultasi. Jawaban sudah Saya dapat, Saya harus tetap tegar, suasana pecah bercampur sedih pada saat itu.

Ketika obolan Kami sudah selesai, Saya bingung siapa dulu yang pertama kali harus Saya kabari. Saya langsung berpikir bahwa orang pertama yang paling nyaman untuk menerima jawaban ini adalah suami Saya. Menangis, sedih, cemas dan takut menjadi satu menyelimuti hati dan pikiran ini, manusiawi memang ketika merasakan hal yang demikian.

Selama sepuluh hari menjalani isolasi mandiri, jawaban yang Saya nanti pun akhirnya Saya dapat. Alhamdulillah dengan kabar sementara Saya terkonfirmasi positif Covid-19. Menjelang tidur pun Saya terus memikirkan jawaban yang sudah Saya dapat itu. Stres dan cemas, itu yang Saya rasakan, Saya hampir tak bisa tidur sama sekali malam itu, menjelang subuh hati pun terasa lega karena pasien Covid-19 memang butuh sinar matahari yang cukup, menurutku itu yang mmbuat hati ini tenang.

Banyak cara yang Saya lakukan untuk mengurangi stres dan rasa cemas yaitu dengan menelepon keluarga melalui video call, menelepon kerabat, rekan kerja sampai menonton acara hiburan untuk menghibur diri.