Silahkan masukan running text disini | Berita berjalan terbaru | informasi mengenai website call 085741167889

Merawat Ingatan; Refleksi Hari Guru Nasional

Admin

Posted on 3 years ago 860x dibaca

Tertanggal 25 november pada setiap bulannya diperingati dengan hari guru nasional. Hal ini merupakan suatu ikhtiar baik dari pemerintah untuk tetap mengharumkan nama baik sosok yang paling berjasa di negeri ini, yakni guru. Pada tahun 2021 ini merupakan peringatan guru nasional yang ke-76 dan peringatan ini bersamaan dengan hari ulang tahun Persatuan Guru Republik Indonesia. Bagaimanapun guru merupakan seseorang yang tidak pernah memandang upah atas kerja kerasnya, hal ini sayangnya kurang diapresiasi oleh bangsa kita. 

Menilik sejarah tentang hari guru yang diperingati setiap tanggal 25 ialah berkaitan dengan zaman penjajahan. Bahwa dahulu guru-guru pribumi pada zaman Belanda berdiri pada 1912 dengan nama persatuan guru republic hindia belanda. Organisasi ini bersifat unitaristik anggotanya terdiri dari guru bantu, guru desa, kepala sekolah, dan penilik sekolah. Dengan latar belakang yang berbeda-beda, mereka umumnya bertugas di sekolah desan dan sekolah rakyat angka dua. Organisasi tersebut lahir untuk menjunjung tinggi semangat masyarakat Indonesia meski pada saat itu alih-alih belanda selalu menjadi pohat yang nomor satukan. 

Semangat juang yang dimiliki oleh guru yang berasal dari pribumi ini berhasil merebut alih kekuasaan yang biasanya disinggahi Belanda. Tahun 1932, nama persatuan guru belandan hindia dirubah menjadi persatuan guru Indonesia. Perubahan ini menjadi kontroversi karena ketidakinginan Belanda menggunakan kata Indonesia. Persatuan Guru Indonesia pernah dibubarkan pada saat penjajahan yang dilakukan oleh Jepang, , namun hal itu tidak berjalan begitu lama. 

Semangat proklamasi telah menjiwai penyelenggaraan kongres yang diadakan Surakarta pada tanggal 24-25 november. Melalui kongres ini, segala organisasi dan kelompok guru yang didasarkan atas perbedaan tamatan, lingkungan pekerjaan, lingkungan daerah, politik, agama dan suku, sepakat dihapuskan. Mereka adalah guru-guru yang aktif mengajar, pensiunan guru yang aktif berjuang, dan pegawai Pendidikan Republik Indonesia yang baru. Seratus hari setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia PGRI didirikan. Adapun isi dari kongres yang disurakarta ialah mempertanahankan dan menyempurnakan republic Indonesia, mempertinggi tingkat Pendidikan dan pengajaran sesuai dasar-dasar kerakyatan, dan membela hakdan nasib buruh umumnya, guru pada khususnya. 

Jika kita melihat fenomena tokoh guru saat ini, apakah masih sama semangatnya untuk terus memerdekakan Pendidikan? Apakah sudah mampu mereka yang mengajar disebut dengan guru? Menjadi guru tentu bukan hal yang sangat mudah. Sebab guru ini harus mampu menjadi tauladan untuk anak didiknya serta mampu memebrikan sumbangsih tanpa mengharapkan imbalan yang lebih. Itulah hakikatnya guru dalam konsep Bahasa jawa. Bahkan guru tidak boleh memarahi muridnya ketika bersalah dan sebaiagnya.

Seorang guru mampu menciptakan suasana kegiatan belajar yang nyaman dan tentram. Menjadi guru yang dirindukan adaah dambaan semua orang. Bahkan kita semua adala guru. Guru untuk diri sendiri dalam memupuk hawa nafsu, dalam menjaga agar tetap dalam kewarasan dan menjadi nasihat terbaik untuk diri sendiri.

(Penulis adalah Fatha Ainul Yaqin, Mahasiswa Pendidikan Bahasa Inggris, Universitas Peradaban)