Admin
Posted on 3 years ago 1067x dibacaAktivitas menulis dan mahasiswa adalah hal yang tidak bisa dipisahkan. Menulis bagi mahasiswa adalah kebutuhan layaknya bernafas. Karena kalau mahasiswa tidak mau dan mampu menulis, berarti ia sudah melakukan "kejahatan". Kenapa? Karena ada tiga "kejahatan" yang tidak boleh dilakukan mahasiswa, yaitu tidak suka membaca, tidak suka diskusi, dan tidak suka menulis.
Bagi mahasiswa, menulis adalah media untuk pengejawantahan ide kritis dan kebebasan berfikir. Banyak hal memang yang bisa dilakukan untuk mengejawantahkan nalar kritis mahasiswa, melalui diskusi, demonstrasi, dan lainnya. Namun, menulis punya keistimewaan tersendiri. "Kalau kau berbicara, suaramu hanya terdengar di ruangan. Tetapi jika kau menulis, ide mu akan dibaca banyak orang, tak terbatas ruang dan waktu".
Menulis adalah puncak aktivitas akademis. Kenapa? Kalau ada orang yang suka menulis pasti ia gemar membaca dan suka diskusi. Aneh kiranya, kalau ada penulis yang tidak suka membaca. Lalu apa yang ia tulis? "Sebelum menjadi penulis yang baik, jadilah pembaca yang baik". "Syarat jadi penulis ada dua, baca yang banyak, dan nulis yang banyak".
Pada kesempatan yang berbahagia ini, saya menyambut hangat dengan hati yang berbunga atas terbitnya buku dengan judul "Kebebasan Berpikir Dari Catatan Aspirasi Mahasiswa" Karya Agsta Aris Afifuddin. Buku yang ditulis dengan bahasa yang sederhana namun penuh dengan muatan kritik khas aktivis mahasiswa. Melalui karya ini, menunjukkan bahwa ia pernah menjadi mahasiswa.
Semoga karya ini memberikan keberkahan dan kebermanfaatan, tidak hanya bagi penulis, tetapi juga bagi pembaca dan kita semua yang sedang berjuang mencari ilmu.
Sekali lagi selamat, dan semoga bisa menjadi inspirasi dan motivasi bagi mahasiswa lainnya untuk senantiasa berkarya. "Tulislah sesuatu yang akan membahagiakanmu di akhirat kelak" begitu kata Ali bin Abi Thalib.
Aan Herdiana, S.Kom.I., M.Sos.
Dosen ilmu komunikasi Universitas Peradaban