Silahkan masukan running text disini | Berita berjalan terbaru | informasi mengenai website call 085741167889

Wahai Masyarakat Kampus, Tempatkan Ormawa Pada Tempatnya!

Admin

Posted on 3 years ago 780x dibaca

Sebagai seorang mahasiswa pasti tidaklah asing dengan 'organisasi'. Mahasiswa dan organisasi berjalan beriringan dalam lingkungan masyarakat kampus. Tak jarang sebagian dari masyarakat kampus ini rela pulang larut malam bahkan nginep, dan mungkin tidak peduli hujan badai ia terjang untuk mengikuti serangkaian acara yang telah direncanakan. Ya, "kurakura” alias kuliah-rapat kuliah-rapat merupakan julukan yang disematkan untuk orang-orang ini. Banyak yang beranggapan bahwa berorganisasi hanya akan menghambat perkuliahan dan menambah pundi-pundi poin alpa dalam presensi. Namun, tak sedikit juga yang berpandangan bahwa mahasiswa perlu berorganisasi, mungkin saja agar menjadi cakap dan beken atau sekedar menjadi orang yang tersohor di khalayak kampus.

Organisasi dalam KBBI merupakan suatu kelompok kerja sama antara orang-orang yang diadakan untuk mencapai tujuan bersama. Kunci dalam organisasi (entah apapun bentuk organisasinya) ialah sumber daya manusia. Organisasi mungkin tersendat-sendat bahkan vakum bila tidak ada motor penggerak. Di lingkungan kampus begitu bejibun organisasi atau biasa disebut ormawa, mulai dari Badan Eksekutif Mahasiswa, Himpunan Mahasiswa Jurusan, Unit Kegiatan Mahasiswa, komunitas atau ikut kepengerusan panitia sebuah acara di kampus. 

Sebagai mahasiswa, kegiatan akademik sangat penting dan wajib untuk diikuti. Tapi apa iya cukup dengan belajar saja? Cukup menjadi pendengar setia teori-teori tanpa ada implementasi secara langsung di lapangan? Bukankah sebaiknya sebagai mahasiswa selain datang ke kampus untuk  menimba ilmu, juga diimbangi dengan kegiatan non akademik, misalnya dengan mengikuti dan aktif di ormawa. Sebab dengan berorganisasi seorang mahasiswa memperoleh wawasan, pengalaman, mengubah mindset/cara pandang seseorang dan mengasah softskill

Dari banyaknya organisasi, tak jarang ada organisasi yang malah keluar dari tujuannya. Organisasi yang pada mulanya dibentuk untuk mencapai tujuan bersama malah berubah menjadi ladang persaingan antarpribadi dan ajang unjuk gigi untuk menunjukan siapa yang lebih tangguh. Tak pelak organisasi hanya dijadikan batu loncatan oleh oknum dengan mengunci posisi-posisi strategis untuk mencapai tujuan dan kepentingan pribadinya. Penyalahgunaan wewenang pun tak terelakan.

Penyalahgunaan wewenang dalam organisasi tersebut seakan menjadi tamparan keras. Mengapa organisasi yang pada awalnya dirintis untuk tujuan kemaslahatan bersama malah menciderai marwahnya sendiri? Padahal manfaat berorganisasi lebih dari sekadar menjadi “beken” dan “mendapat suara banyak” atau “siapa paling kuat”.

Dari sini juga menimbulkan suatu pertanyaan, bahwa apakah kita yang mendapati amanah sebagai kader penggerak sudah menempatkan organisasi pada tempatnya? Kalau ditelisik lebih jauh lagi, setiap organisasi memiliki tujuan yang sebenarnya. Di samping juga memiliki segudang manfaat lainnya seperti melatih leadership skill, mengembangkan kecakapan dalam public speaking, melahirkan bibit-bibit pemimpin baru, menyalurkan hobi atau minat, berlatih manajemen diri dan waktu, dan yang terpenting ialah melatih diri menjadi “orang bijak”. 

Kembali lagi soal masyarakat kampus, terkadang ada saja segelintir orang yang tidak tahu menahu seluk-beluk suatu organisasi tapi dengan lantang mengkritik, bahkan yang tak kalah lucu adalah juga mengejek bahkan menyalahkan. Padahal sama sekali tidak paham tujuan organisasi tersebut.

Menjadi mahasiswa sekaligus organisator memang berat, sebagai mahasiswa memiliki kewajiban menjalankan tugas akademik, sebagai organisator kita juga tidak boleh tutup mata atau hanya sekedar ikut-ikutan agar  dijuluki sebagai aktifis, melainkan harus mengetahui tupoksi antar keduanya. Jangan sampai timpang sebelah, terlena karena keasyikan berorganisasi hingga lupa akan kewajiban sebagai mahasiswa, kita juga harus menyadari bahwasanya kita bisa masuk organisasi tersebut karna status mahasiswa yang kita miliki.

Terakhir, organisasi bukanlah tempat bagi semua orang baik, tapi sebagai wadah bagi orang yang mau berubah menjadi lebih baik lagi. Semoga saja seiring berjalannya waktu, para oknum segera tersadar dan para pemangku amanah selalu menciptakan kultur berorganisasi yang sesuai dengan substansinya. Sehingga tak ada lagi penyelewengan organisasi, dan pemanfaatan jabatan untuk kepentingan pribadi atau segelintir orang.

(Penulis adalah Imam Subekti, Mahasiswa Jurusan Teknik Informatika Universitas Peradaban)